Senin, 04 April 2011

NIKMATNYA BERINTERAKSI DENGAN AL QURAN



Oleh : KASTURI

Rasulullah saw dan Kaum Muslimin selesai menghadapi perang Dzatur Riqa’, mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah saw memilih beberapa orang shahabatnya untuk berjaga secara bergantian. di antara mereka terpilih ”Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyir” yang berada pada satu kelompok.
Karena melihat Ammar yang sedang lelah, Abbad bin Bisyir mengusulkan agar ’Ammar tidur lebih dulu dan ia yang berjaga, dan nanti bila ia telah mendapatkan istirahat yang cukup, maka giliran ‘Ammar berjaga menggantikannya. ‘Abbad melihat bahwa lingkungan sekelilingnya aman. Maka ia bangkit melakukan sholat malam.
Tiba-tiba saat sedang membaca sebuah surat Al-Quran setelah al-Fatihah sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Maka dicabutnya anak panah itu dan diteruskannya shalatnya, tak lama kemudian melesat pula anak panah kedua yang mengenai tubuhnya. tetapi ia tak ingin  menghentikan shalatnya, hanya dicabutnya anak panah itu seperti yang pertama tadi, dan dilanjutkannya bacaan suratnya.
Kemudian dalam gelap malam itu musuh memanahnya lalu untuk ketiga kalinya. ‘Abbad menarik anak panah itu dan mengakhiri bacaan surat, selesai sholat ia membangunkan Ammar bin Yasir.
 ‘Ammar terbangun mendengar suara kawannya yang menahan sakit, ‘Ammar amat terkejut,  “Subhanallah … ! Kenapa saya tidak dibangunkan ketika kamu dipanah  pertama kali tadi…,” Abad menjawab “Ketika aku shalat, aku membaca beberapa ayat al-Quran yang amat mengharukan hatiku, hingga aku tak ingin untuk memutuskannya … ! Dan demi Allah, sungguh kalau tidak karena takut menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu … ”
Demikianlah sebuah kisah telah digoreskan dengan tinta emas oleh para sahabat untuk menjadi pelajaran oleh generasi setelahnya, untuk kegemilangan Agama ini, yaitu Islam yang mulia.
Sungguh amat menarik pribadi Rasulullah dan para sahabatnya, mereka adalah orang-orang yang memiliki energi jiwa yang amat luar biasa, energi yang tidak akan pernah berkurang, yaitu energi yang dialirkan oleh Alquran kepada mereka.

Maka kita dapat melihat, bagaimana seorang sahabat Nabi seperti Abbad bin Bisyir merasakan kenikmatan yang amat luar biasa, saat ia berinteraksi dengan Alquran. Bahkan apalah artinya luka di tubuhnya akibat panah, dibandingkan dengan kenikmatan yang ia rasakan takkala bermunajat, menyepi dan melakukan sebuah curhat langsung kepada pemilik alam ini, Allah swt. Itulah kenikmatan yang tidak akan pernah dirasakan oleh orang-orang tidak diberikan hidayah oleh Allah swt berupa kenikmatan mereguk setiap untaian mutiara kalam Allah swt pada Alquran yang dibaca.
Dan interaksi yang intens bersama Alquran ini, mengantarkan mereka dapat merasakan kegemilangan Islam, menikmati bimbingan Allah swt setiap saat, sehingga hidup mereka menjadi berkah dan bernilai, lihatlah bagaimana kisah-kisah kehidupan mereka, ternyata tidak ada yang sia-sia, terbuang percuma.
Hari ini, ketika kita berbicara tentang cita-cita kemajuan ummat Islam, maka aksiomanya tetap sama, saat jaya adalah saat Alquran membersamai pada setiap penggalan waktu di tubuh ummat ini.
Bentuk interaksi kita dengan alquran :
1.      Mempelajarinya
Inilah interaksi pertama kita dengan alquran, barangkali masih terbayang di benak kita, saat kecil, dimana dulu di kampung-kampung, saat malam tiba, saat suara anak-anak mengaji ramai terdengar. Dengan penuh semangat mereka belajar bagaimana cara membaca Alquran. Sayangnya dengan dalih perkembangan zaman, suara anak-anak yang belajar membaca Alquran, kini berganti suara musik dan sinetron, budaya baru merasuk jiwa ummat ini.
2.      Membacanya
Pada sebagian orang, ada pemahaman bahwa membaca alquran sudah selesai saat khatam alquran dulu bersama guru ngaji, setelah itu perpisahan terjadi antara dirinya dengan alquran, bahkan ada yang bertanya ” ngapai sih baca alquran, kayak nggak ada kerjaan aja ”, Nauzubillahi min dzaalik.
Ketika seorang mengaku dirinya seorang muslim, maka konsekwensinya adalah ia beriman kepada rukun iman, dan salah satunya adalah iman kepada kitab Allah swt, diantaranya Alquran alkarim. Maka wujud keimanan seseorang terhadap Alquran adalah banyak berinteraksi bersamanya.
Pertanyaannya adalah, berapa banyak waktu yang kita siapkan dalam sehari-hari kita buat Alquran, kalau seorang sanggup menghabiskan waktu 3 atau 4 jam untuk menonton pertandingan bola, maka berapa jam yang disiapkan untuk Alquran. Padahal Allah swt akan memberikan balasan pada setiap huruf yang dibaca, dengan kebaikan yang berlipat ganda.
3.      Mentadaburinya
Alquran bukanlah sebagai sebuah bacaan sama seperti bacaan pada umumnya, melainkan Kalam Allah swt yang diturunkan buat kita, yang mampu menuntun hidup kita menjadi bermakna dan terarah. Untuk itu nilai-nilai serta pesan yang disampaikan Allah swt akan merasuk ke dalam relung hati seorang manusia dengan cara mentadaburi setiap ayat yang kita baca.
4.      Menghafalkannya
Menghafalkan alquran, adalah sarana bagi kita untuk lebih akrab dengan alquran, rasa cinta yang kita miliki dengan alquran diwujudkan dengan relanya kita memberikan porsi waktu yang cukup buat alquran untuk membacanya, hafalan yang kita miliki membantu itu semua.
5.      Mengamalkannya
Puncak kesungguhan manusia yang dinilai oleh Allah swt, adalah seberapa besar kesungguhan mereka dalam kebaikan. Inilah amal-amal (kerja-kerja) sholih yang mereka tunaikan, sehingga menghasilkan buah kebaikan yang akan dinikmati oleh orang yang ada disekitarnya. Maka benarlah apa yang difirmankan oleh Allah swt. Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” Wallahu ’Alam

Rabu, 23 Februari 2011

MEMAHAMI ISLAM DENGAN BAIK DAN BENAR

H. Bakhtiar Muhammad Rum, Lc
Direktur Syariah Consulting Center Kepri


Agama Islam berasal dari Allah. Memahami Islam secara benar akan mengantarkan umatnya untuk mengamalkannya secara benar pula. Sekarang ini problematika umat yang mendasar yaitu ketidak fahaman terhadap Al Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu memahami “Dinnul Islam” adala suatu keharusan bagi umat Islam.
Pertama untuk memahami Islam secara benar adalah memahami makna kata ISLAM secara lughowi (bahasa). Al Islam berasal dari akar kata salima, mengandung huruf-huruf :sin, mim dan lam. Dari ketiga huruf tersebut akan menurunkan kata-kata jadian yang kesemuanya memiliki titik temu (al istiqo al kabir). Dari kata salama muncul :

1. Aslama
 Artinya adalah menundukan atau menghadapkan wajah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 125 :
“ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya        kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agam ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”.
Allah ingin memberikan pemahaman bahwa orang yang terbaik dalam ketundukannya kepada Allah yaitu orang yang menundukan wajahnya dan berarti seluruh jiwa dan raganya merupakan cerminan dari ketundukan kepada Allah. Rahasia kata wajah dalam al qur’an ialah:
  1. dari segi bahasa wajh (muka) adalah anggota tubuh yang paling mulia.
  2. Kata wajh ada hubungannya dengan kata iftijah (arah / orientasi), artinya seorang muslim orientasinya hanya kepada Allah.

2. Sallama
Artinya menyerahkan diri, jadi orang yang beragama Islam (muslim) adalah orang yang secara totalitas menyerahkan dirinya hanya kepada Allah saja dan hal tersebut adalah konsekuensi logis akan keimanan dan ke-Islaman seorang muslim. Sesuai firman Allah dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat 65 : “ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya”.

3. Salaama
Artinya kesejahterahan atau keselamatan, jadi orang yang mengikuti ajaran Islam adalah orang yang selamat baik dunia maupun akhirat. Keselamatan tersebut adalah menurut Allah yaitu keselamatan dalam arti yang sebenarnya, sebagaimana firman Allah pada surat Al An’am ayat 54:   “ Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu,maka katakanlah “Salamun ‘alaikum” , Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan, kemudian bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Keselamatan dan kesejahteraan dalam Islam bukan hanya diperuntukan kaum muslimin saja tetapi juga untuk umat manusia yang lainnya bahkan flora dan faunapun merasa aman. Contoh dalam suasana peperangan, pemimpin pasukan muslim ketika melepas pasukannya memberikan wasiat agar tidak membunuh orang-orang tua, wanita-wanita yang tidak ikut berperang dan anak-anak kecil serta tidak boleh merusak tempat-tempat ibadah juga tidak boleh menebang pohon-pohonan. Sebaliknya jika manusia tidak mengamalkan Islam baik yang muslim atau bukan maka manusia dan makhluk lainnya terancam keselamatannya.

4. Siliim
 Artinya kedamaian, jadi Islam mengajak umat manusia ke kehidupan yang penuh kedamaian. Allah berfirman dalam surat Al Baqorah ayat 208: “ Hai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu ”. Tiada kedamaian yang hakiki kecuali dalam Islam, perdamaian yang tidak berangkat dari ajaran Islam adalah semu. Oleh karena itu orang banyak tertipu dengan slogan-slogan perdamaian yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak islami. Dengan begitu ketika manusia tidak mengikuti ajaran Islam berarti dia tidak menikmati kedamaian baik dunia maupun akhirat.
Allah berfirman dalam hadist kutsi “ telah Ku ciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif”. Hanif ialah kecendrungan kepada kebenaran dan jauh kepada kebatilan. Tetapi mengapa manusia banyak melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan jauh dari Allah, ini karena peran syaitan dengan langkah-langkahnya membuat manusia jauh dari Allah. Sesuai dengan firman Allah surat Al baqorah ayat 208 diatas yang bermakna bagi 0rang-orang yang beriman tidak menyeluruh masuk ke dalam Islam berarti dalam perangkap syaitan dan syaitan adalah musuh manusia yang jelas.

5. Sullam
Artinya adalah tangga. Tangga bermakna bertahap, ini menggambarkan kepada manusia bahwa ajaran Islam memperhatikan apa yang disebut tadarruj (tahapan). Dicontohkan ketika Allah mengharamkan Khomer (minuman keras). Pada saat Islam turun di Mekkah perikehidupan manusianya penuh jahiliyahan (kebodohan) dan kebiasan minum Khomer atau arak sudah menjadi tradisi sedangkan arak tersebut adalah minuman yang merusak akal tetapi Al qur’an tidak langsung mengharamkan sejak awal. Banyak para sahabat nabi ketika itu termasuk Umar bin Khattab r.a suka meminum khomer walaupun sudah berislam. Setelah 13 tahun Rasulullah berdakwah, barulah turun ayat yang mengharamkan khomer dan pada saat itu banyak jalan-jalan di Madinah menjadi sungai khomer.
Dalam penciptaan bumi Allah melakukannya secara bertahap yaitu dalam 6 masa walaupun sebenarnya Allah hanya sekali saja dapat menciptakan bumi. Hal ini memberikan pelajaran bahwa munculnya sesuatu membutuhkan proses. Begitu pula didalam da’wah Islam yang merupakan kewajiban seorang muslim yang harus disampaikan kepada seluruh manusia yang prosesnya harus tadarruj.
Dengan begitu orang yang memeluk agama Islam adalah orng yang menaiki tangga menuju ketinggian martabat manusia yang akan mendapatkan kedudukan dihadapan Allah yang sangat tinggi. Ketinggian martabat Islam terletak sejauh mana seorang muslim komitmen terhadap Islam. Wallahu ‘Alam

Kamis, 17 Februari 2011

INDAHNYA BERZAKAT

Oleh: H. Zenal Satiawan, Lc.
Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir
Dosen Bahasa Arab & Studi Islam di Ma’had Sa’id bin Zaid, Batam

Kita tentu mengenal rukun Islam yang lima yaitu : Syahadat, Sholat, Zakat, Shoum (puasa) dan Haji, di dalam Al Qur'an, perintah menunaikan zakat disebut dalam ayat yang sama dengan perintah sholatDan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. ” (QS Al Baqarah : 110). Maka seharusnyalah kita umat Islam memperhatikan pentingnya zakat sebagaimana kita memperhatikan pentingnya sholat. Zakat adalah rukun Islam yang bercorak sosial-ekonomi. Dengan menunaikan zakat, disamping ikrar syahadat dan sholat, seseorang barulah sah masuk kedalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya, sesuai dengan firman Allah swt yang artinya: "Tetapi bila mereka bertaubat, mendirikan sholat dan membayar zakat, barulah mereka saudara kalian seagama." (QS At Taubah : 11).

Zakat adalah ibadah maaliyah (harta), ijtima'iyah (sosial) yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis dan menentukan baik dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan ummat. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun Islam yang lima, seperti diungkapkan banyak hadits nabi, sehingga keberadaannya dianggap ‘makanah min ad-dien bi adl-dlarurah’ (ketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman). Di dalam Al Qu'ran terdapat kurang lebih 27 ayat yang mensejajarkan shalat dengan kewajiban zakat, dan hanya satu kali disebutkan dalam konteks yang sama akan tetapi dalam ayat berbeda, yaitu surat Al-Mukminun ayat 2 dengan ayat 4 ( Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, 1973 ).

Ayat-ayat Alqur'an yang mengingatkan orang mukmin agar mengeluarkan sebagian harta kekayaannya untuk orang-orang miskin diwahyukan kepada Rasulullah SAW ketika beliau masih tinggal di Makkah. Perintah tersebut pada awalnya masih sekedar sebagai anjuran, sebagaimana wahyu Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 39: ''Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)''. Namun menurut pendapat mayoritas ulama, zakat mulai disyariatkan pada tahun ke-2 Hijriah. Di tahun tersebut zakat fitrah diwajibkan pada bulan Ramadhan, sedangkan zakat mal diwajibkan pada bulan berikutnya, Syawal. Jadi, mula-mula diwajibkan zakat fitrah kemudian zakat mal atau kekayaan.

Firman Allah SWT surat Al-Mu'minun ayat 4 : ''Dan orang yang menunaikan zakat''. Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat dalam ayat di atas adalah zakat mal atau kekayaan meskipun ayat itu turun di Makkah. Padahal, zakat itu sendiri diwajibkan di Madinah pada tahun ke-2 Hijriyah. Fakta ini menunjukkan bahwa kewajiban zakat pertama kali diturunkan saat Nabi SAW menetap di Makkah, sedangkan ketentuan nisabnya mulai ditetapkan setelah Beliau hijrah ke Madinah. Setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW menerima wahyu berikut ini, ''Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan'' (QS Al-Baqarah: 110). Berbeda dengan ayat sebelumnya, kewajiban zakat dalam ayat ini diungkapkan sebagai sebuah perintah, dan bukan sekedar anjuran.

Menjelang tahun ke-2 Hijriyah, Rasulullah SAW telah memberi batasan mengenai aturan-aturan dasar, bentuk-bentuk harta yang wajib dizakati, siapa yang harus membayar zakat, dan siapa yang berhak menerima zakat. Dan, sejak saat itu zakat telah berkembang dari sebuah praktik sukarela menjadi kewajiban sosial keagamaan yang dilembagakan yang diharapkan dipenuhi oleh setiap Muslim yang hartanya telah mencapai nisab, jumlah minimum kekayaan yang wajib dizakati. Al Qur'an menyatakan bahwa kesediaan berzakat di pandang sebagai indikator utama kedudukan seseorang kepada ajaran Islam sekaligus sebagai ciri orang yang mendapatkan kebahagiaan akan mendapatkan rahmat dan pertolonganNya. Kesadaran berzakat dipandang sebagai orang yang memperhatikan hak fakir miskin dan para mustahik (orang yang berhak mendapatkan zakat) lainnya sekaligus dipandang sebagai orang yang membersihkan, menyuburkan dan mengembangkan hartanya serta mensucikan

Sebaliknya Al Qur'an dan hadits Nabi memberikan peringatan keras terhadap orang yang enggan mengeluarkannya, berhak untuk diperangi (HR. Imam Bukhari dan Muslim dari sanadnya Ibnu Umar), harta bendanya akan hancur dirusak (HR. Imam Bazzar dan Baihaqi), dan apabila keengganan itu memasal, maka Allah SWT akan menurunkan ahzab Nya dalam bentuk kemarau yang panjang (HR. Imam Thabrani). Sedangkan di akhirat nanti, harta benda yang tidak dikeluarkannya akan menjadi azab bagi pemiliknya HR. Imam Muslim dari sanadnya Jabir bin Abdullah. Karena itu Khalifah Abu Bakar Siddiq bertekad untuk memerangi orang yang mau shalat tetapi secara sadar dan sengaja enggan untuk berzakat (Sayid Sabiq, Fiqh Sunah, 1968). Abdullah bin mas'ud menyatakan bahwa, barang siapa yang melaksanakan shalat tetapi enggan melaksanakan zakat, maka tidak ada shalat baginya, Waallahu Alam

HIJRAH DAN SPIRIT BERBAGI

Oleh ; Kasturi


 
Rasulullah dan para sahabat baru saja memasuki Madinah, takkala mereka disambut oleh kaum muslimin laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berlarian dengan muka yang berseri-seri menyambut rombongan Rasulullah, bahkan sebagian diantara mereka ada yang menabuh tetabuhan sambil bersenandung :

“Thola’al Badru Alaina, min tsaniiyyatil wada’
 wajabaa syukru alaina, maada’aa lilllahi da’

Ayyuhal Mab’utsufiina, ji’tabil  amril muthooo’

Purnama telah terbit di atas kami,
dari arah tsaniyyatul wada’
Kita wajib mengucap syukur,
dengan do’a kepada Allah semata,

Wahai orang yang diutus kepada kami,
kau datang membawa urusan yang ditaati “

Kehadiran Rasulullah sungguh telah membawa cahaya baru yang menerangi setiap lorong di kota itu, langit menjadi cerah, harapan menjadi terbuka, fajar menyingsing di pagi hari dan memberikan keyakinan kepada seluruh penduduk negeri, bahwa karunia Allah akan tercurah kepada mereka.

Rasulullah belum lagi turun dari punggung untanya, sementara mereka berebut mengajak rasulullah untuk sudi berhenti dan menginap di rumah mereka, semua orang amat berharap bila rasulullah berkenan singgah d rumah mereka masing-masing, beliau bersabda “ Berilah jalan kepada unta ini, karena ia adalah unta yang sudah diperintah “. Untanya terus berjalan, hingga berhenti di sebuah tempat Bani Najjar yang masih terhitung paman Rasulullah SAW. Baru kemudian beliau turun dan singgah disana.

Para sahabat yang hijrah bersama rasulullah juga disambut oleh kaum Anshar yang ada di kota madinah, Rasulullah dengan bijaksana melakukan sebuah tindakan yang Monumental dalam sejarah, yaitu Taakhi, mempersaudarakan setiap orang dari kaum Anshar dengan kaum Muhajirin, tercatat ada sembilan puluh orang yang dipersaudarakan, separoh dari Muhajirin dan separohnya lagi dari Anshar. Sahabat Abdurrahman bin Auf dipersaudarakan dengan seorang  Sahabat Anshar yang bernama Sa’ad bin Ar Rabi’, Sa’ad berkata kepada Abdurrahman “ Sesungguhnya aku adalah orang yang paling banyak hartanya dikalangan Anshar, ambillah separoh hartaku, aku juga mempunyai dua istri , maka lihatlah mana yang engkau pilih, agar aku bisa menceraikannya, jika masa iddahnya sudah habis, maka kawinilah ia”.

Abdurrahman bin Auf menjawab, “semoga Allah memberkahi bagimu dalam keluarga dan hartamu, lebih baik tunjukilah mana pasar kalian”.

Betapa indahnya tata kehidupan Rasulullah dan orang-orang yang bersama dengan dia, mereka hidup dalam damai, dalam semangat saling berbagi dan memahami, dimana yang berpunya dengan rela hati dan ikhlas membantu saudara-saudaranya seiman, mereka tidak rela ada saudaranya yang kelaparan sementara mereka tidur dalam keadaan kenyang.

Sementara karakter orang yang dibantu, dengan segala kebaikan saudara-saudaranya, tidak membuat mereka serta merta meletakkan segala beban mereka kepada orang lain, dengan usaha dan kerja keras, mereka tetap berusaha mencari rizki yang halal dari Alllah SWT tanpa merugikan saudara-saudaranya.

Maha Benarlah Allah dengan FirmanNya,yang menggambarkan kehidupan generasi mulia yang hidup bersama Rasulullah :

“ Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang kafir dan berkasih sayang sesama mereka. …” ( QS. 48 : 29 )

Sejatinya kita di generasi ini, senantiasa bersemangat dalam berkasih sayang diantara kita, saling memperhatikan nasib saudara-saudara seiman dan seaqidah, apalagi kondisi masyarakat kita di negeri ini masih banyak yang berada dibawah garis kemiskinan, Menurut Kepala Biro Pusat Statistik Rusman Heriawan, penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan berjumlah 31 juta jiwa atau 13,3% dari total penduduk sekitar 270 juta jiwa. Indikator penduduk yang hidup pada garis kemiskinan ini dipengaruhi oleh ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan pangan dan nonpangan.

Masih menurut Rusman, jumlah penduduk miskin di Indonesia sama dengan enam kali jumlah penduduk Singapura yang berjumlah 5,08 juta jiwa.

Data diatas memperlihatkan kepada kita, betapa luar biasa besarnya jumlah orang-orang yang mengharap uluran tangan orang lain, menanti perhatian dari saudaranya yang memiliki kemampuan. Kondisi ini menjadi lebih berat lagi setelah bencana yang terjadi silih berganti di belahan bumi pertiwi ini, peristiwa demi peristiwa itu jelas turut menambah panjang daftar masyarakat miskin di negeri ini, padahal mereka yang nota bene kebanyakan adalah saudara-saudara kita ummat Islam.

Peristiwa Hijrah Rasulullah mengajarkan, agar kita jangan pernah membiarkan saudara-saudara kita tertidur dalam keadaan kelaparan, yang menyebabkan mereka tidak dapat beribadah dengan sempurna lantaran kemiskinan, jangan biarkan mereka terlunta-lunta karena kebodohan mereka, maka danailah pendidikan mereka agar mereka mengenal Allah dan Agamanya, jangan biarkan mereka dinodai oleh pikiran-pikiran busuk yang merintangi keislamannya, pikiran dan tindakan yang mengancam Aqidah dan keimanan mereka, maka sapalah mereka dengan senyum tulus dan bantuan yang ikhlas.

Semangat hijrah yang dirasakan oleh Rasulullah dan para sahabat, harus juga mengalir bersama aliran darah kita, semangat saling mencintai sebagaimana generasi dimasa lalu, dimana mereka mengelilingi rasulullah dalam keadaan saling mencintai, saling berkorban untuk cinta yang jauh lebih besar yaitu cinta kepada Allah SWT. Maka hari ini, berhijrahlah kita menuju cinta yang besar dari Allah dengan berbagi terhadap sesama. Wallahu A’lam.

Rabu, 16 Februari 2011

RASULULLAH MENCINTAI ANAK YATIM

Oleh : H. Zenal Satiawan, Lc

 

Sesungguhnya, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia sangat  membutuhkannya. Dalam Islam, anak yatim memiliki kedudukan tersendiri. Mereka mendapat perhatian khusus dari Rasulullah Saw. Ini tiada lain demi untuk menjaga kelangsungan hidupnya agar jangan sampai telantar hingga menjadi orang yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, banyak sekali hadits yang menyatakan betapa mulianya orang yang mau memelihara anak yatim atau menyantuninya. Sayang, anjuran Beliau itu sampai kini belum begitu mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat muslim. Hanya sebagian kecil saja umat Islam yang mau memperhatikan anjuran itu. Hal ini semestinya tidak layak dilakukan umat Islam yang inti ajarannya banyak menganjurkan saling tolong sesama umat Islam dan bahkan selain umat Islam.
Betapa mulianya orang yang punya perhatian pada anak-anak yatim. Jika anda melihat seseorang yang penyayang kepada anak-anak yatim dan menyantuni mereka, maka ketahuilah bahwa ia adalah seorang yang berbudi dan berakhlak mulia. Suatu ketika Saib bin Abdullah Ra. datang kepada Nabi Saw, maka Nabi Saw. bersabda kepadanya :“Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” (HR.Ahmad dan Abu Dawud).
Rasulullah Saw. bersabda, “Saya dan orang yang menanggung (memelihara) anak yatim dengan baik ada di surga bagaikan ini, seraya Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah dan Beliau rentangkan kedua kaki jarinya itu” (HR. Bukhari). Al-Hafizh Ibnu Hajar Ra. berkata : ‘Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah’ Jika anda termasuk orang-orang yang mampu, apakah anda pernah berpikir untuk menyantuni seorang anak yatim, sehingga anda bisa menjadi sahabat Nabi Saw. di surga. Untuk menyantuni anak yatim anda tidak harus memiliki kekayaan yang melimpah. Melainkan, siapa yang memungut seorang anak yatim, memberinya makanan dengan makanan yang sehari-hari yang dimakannya, memberinya minum dengan minuman yang bisa diminumnya, maka ia akan memperoleh kedudukan tersebut.
Allah Swt. sendiri berfirman “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa besar”. (QS. An-Nisaa: 2).
Jika kita mengeluhkan hati yang keras, maka menyantuni anak yatim merupakan sarana yang bisa menjadikan hati lunak. Ia adalah obat yang diwasiatkan oleh Nabi Saw. yang telah diutus dengan membawa petunjuk dengan kebenaran Nabi Saw. Diriwayatkan oleh Abu Darda’ Ra.  yang berkata : “Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi Saw. mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya: sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR Thabrani)
Sesungguhnya, mengasihi anak yatim merupakan sarana untuk melunakkan hati dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan. Sebab, orang yang mengasihi anak yatim telah memposisikan diri seperti ayahnya. Seorang ayah, secara naluriyah memiliki karakter sayang dan mengasihi anak-anaknya. Adapun orang yang mengasihi anak yatim memiki satu sifat lain, yaitu mengasihi anak yang bukan anak kandungnya.
Barangsiapa keadaannya seperti itu maka dihatinya terhimpun sarana-sarana yang bisa melembutkan hatinya, sekalipun sebelumya merupakan hati yang keras. Tidak diragukan lagi ini merupakan obat yang mujarab. Kita tidak akan pernah mendapati orang yang menyantuni anak yatim, kecuali pasti memiliki hati yang pengasih. Kebalikan dari ini, kita tidak akan menjumpai seorangpun yang tidak mengasihi anak yatim, kecuali ia memiliki hati yang keras dan berakhlak buruk.
Ia adalah masyarakat yang telah digambarkan oleh Nabi Saw. dalam penggambaran beliau yang indah, ketika beliau bersabda: “Engkau melihat orang-orang beriman itu dalam hal kasih sayang dan saling mencintai di antara mereka, adalah seperti satu tubuh, jika ada satu organ yang mengeluh (sakit), maka seluruh tubuh akan merasakan sakit dengan tidak tidur dan panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wallahu ’Alam

Kamis, 10 Februari 2011

AYO MAKMURKAN MASJID!!!

Oleh: H. Zenal Satiawan, Lc
Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir
Dosen Bahasa Arab & Studi Islam di Ma’had Sa’id bin Zaid, Batam


Hanyalah yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah: 18) 

Masjid dan umat Islam adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Salah satu dari indikasi maju mundurnya umat Islam, tergantung kedekatannya dengan Masjid. Di era globalisasi ini, tidak banyak orang yang memberikan perhatian pada Masjid dalam hal memakmurkannya. Padahal Rasulullah SAW memberikan kabar gembira pada orang-orang yang mencintai  Masjid, "Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat kelak ... salahsatunya adalah orang yang hatinya terpaut ke Masjid" (HR. Bukhari). Dari dulu hingga saat ini, banyak orang yang berhasil menemukan hakekat kehidupan dalam pembinaan di Masjid, Hidupnya pun tercerahkan, karena Masjid adalah pusat rahmat Allah SWT. Ketenangan hidup yang dicari setiap manusiapun ada di tempat ini, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah, kemudian dibacakan ayat Allah dan dipelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, dinaungi rahmat dan Malaikat, Allah pun menyebut-nyebut mereka di sisinya" (HR. Bukhari)

Dalam Al-Quran, Kata masjid disebutkan sebanyak dua puluh delapan kali. Dari  segi bahasa, kata tersebut terambil dari akar kata sajada-yasjudu-sujuudan yang  berarti  patuh,  taat,  serta  tunduk dengan penuh hormat. Meletakkan  dahi,  kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian dinamai sujud oleh syariat,  yang merupakan  bentuk  lahiriyah paling  nyata  dari makna-makna yang lain. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan  untuk  melaksanakan  shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat bersujud." Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat shalat kaum Muslim.
Tetapi,  karena  akar  katanya  mengandung makna tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala  aktivitas  yang  mengandung  kepatuhan  kepada Allah semata. Allah Swt. Berfirman, ”Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, karena itu janganlah menyembah selain Allah dengan sesuatu pun” (QS.  Al-Jin: 18). Rasulullah Saw. bersabda,  ”Telah dijadikan untukku (dan untuk umatku) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagai Baitullah (rumah Allah), Masjid adalah tempat turunnya rahmat Allah SWT. Oleh sebab itu, masjid dalam pandangan Islam adalah tempat yang paling mulia di permukaan bumi. Di masjid, umat Islam menemukan ketenangan hidup dan kesucian jiwa, karena disana terdapat majelis dan forum-forum tadzkirah. Masjid bagi umat Islam adalah institusi yang paling penting untuk membina masyarakat. Di Masjidlah rasa kesatuan dan persatuan ditumbuhkan, Di masjid semua strata masyarakat bertemu dalam derajat yang sama, karena Allah SWT tidak memandang strata masyarakat di dunia, melainkan hanya dari ketakwaannya. Hal ini yang menyebabkan jauhnya perpecahan dari umat ini. karena di tempat ini, kita tidak boleh melakukan hal-hal yang merusak ukhuwah Islamiyah.
              
Pada zaman Rasulullah Saw, Masjid bukan hanya sekedar untuk melaksanakan ibadah shalat dan dzikir saja, tetapi lebih dari itu, Masjid berfungsi sebagai madrasah bagi ummat Islam, tempat konsultasi (masalah ekonomi-sosial budaya), santunan sosial, pengobatan korban perang, balai pertemuan, Dengan kata lain, masjid adalah tempat ibadah  dan  pendidikan dalam  pengertiannya  yang  luas.
              
Hal ini sangat berbeda bila kita bandingkan tentang peranan masjid di zaman sekarang , sangat ironis, bahkan shaf yang hanya satu atau dua, kadang tidak penuh jamak kita temui di penjuru kota maupun desa kita. Ini menjadi pemandangan yang sangat biasa saat kehidupan duniawi memperdayakan dan menyita perhatian kita dari kehidupan abadi (Akhirat). Padahal Masjid melepas jiwa dari ikatan-ikatan duniawi, nafsu pendapatan dan jabatan, rintangan arogansi dan egoisme, mabuk syahwat dan nafsu. Kemudian jiwa-jiwa tersebut bertemu dalam halaman penghambaan yang sesungguhnya kepada Allah Swt. Oleh karena itu, Ayo kita makmurkan Masjid. Wallahu A’lam

Selasa, 08 Februari 2011

ALLAH BERSAMA KITA (Part 2)

Oleh : H. Bakhtiar Muhammad Rum Lc
Direktur - Syariah consulting center Kepri


Masih terhubung dengan tulisan sebelumnya, bahwa Allah akan senantiasa bersama dengan mereka dan kita semua, yaitu : Bersama penentang kezhaliman, orang yang berjihad, dan bersama seluruh manusia.

BERSAMA ORANG YANG MENENTANG KEZALIMAN.

Kezaliman merupakan perbuatan yang sangat tercela, dalam perjalanan sejarah, orang-orang zalim selalu bisa ditumbangkan. Allah Swt yang Maha Adil tentu sangat senang dengan para pejuang penegak keadilan dan penentang kezaliman. Allah Swt selalu bersama mereka, Dia memberikan pembelaan atau pertolongan, karenanya mereka tidak usah takut, khawatir dan berkecil hati akan kemungkinan bisa mengalahkan orang-orang yang zalim, sekuat apapun mereka dan sebesar apapun pengaruhnya di masyarakat.

Satu hal yang harus kita ingat bahwa pertolongan dan pembelaan dari Allah Swt seringkali baru diberikan kepada penentang kezaliman pada saat mereka sudah mencapai puncak kesulitan. Hal ini terjadi pada sang penentang kezaliman, yakni Musa dan Harun serta umatnya dalam menghadapi kezaliman Fir'aun laknatullah, saat itu kondisinya sudah sangat sulit, kedepan laut dan kebelakang Fir'aun bersama pasukannya, maju kena mundur kena. Saat itulah, Allah Swt menunjukkan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba yang mau berjuang sebagaimana terdapat dalam firman-Nya: Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan disanalah Kami dekatkan golongan yang lain dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya (QS 26:61-65).

BERSAMA ORANG YANG BERJIHAD.

Setiap kita mengakui Allah Swt sebagai Tuhan kita dengan segala  kekuasaan-Nya dan Islam sebagai agama yang benar. Maka konsekuensi dari pengakuan itu, ajaran Islam bukan sekadar harus diamalkan secara pribadi, tapi harus ditegakkan dalam kehidupan masyarakat, atau dengan kata lain setiap muslim harus berjihad di jalan Allah bagi upaya menegakkan nilai-nilai Islam, bahkan meskipun jihad secara fisik, yakni berperang. Ini merupakan sesuatu yang sangat mulia, sehingga seandainya seorang muslim meninggal dunia di medan perang, maka kematiannya disebut dengan syahid yang secara harfiyah berarti saksi, hal ini karena kematiannya menjadi saksi atas kebenaran nilai-nilai yang diperjuangkannya.

Setiap muslim yang berjihad tidak boleh merasa takut dalam menghadapi musuh, hal ini karena Allah Swt telah menyatakan kebersamaan-Nya kepada setiap pejuang di jalan-Nya sehingga Ia akan memberikan pertolongan, itulah yang terjadi pada perang Badar sehingga yang terjadi justeru muncul rasa takut dikalangan orang-orang kafir, Allah Swt berfirman yang artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka (QS 8:12).

Ayat di atas merupakan pendorong kepada kaum muslimin untuk terus berjuang di jalan Allah Swt, karena dengan keterlibatan secara aktif dalam perjuangan itu membuat seorang memperoleh nilai manfaat darinya, paling tidak ia telah membuktikan kesungguhannya dalam beriman. Dengan demikian, dalam berjuang, seorang muslim tidak boleh didominasi oleh  rasa takut, bahkan seandainya resiko perjuangan menimpa dirinya, ia tidak boleh menyesali jalan perjuangan atau berduka cita.

BERSAMA SELURUH MANUSIA.

Manusia diciptakan Allah Swt bukan untuk main-main, tapi untuk mengabdi kepada-Nya. seluruh sikap dan tingkah laku manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt di akhirat kelak. Untuk itulah, Allah Swt akan selalu menyertai manusia, sehingga tidak ada satupun perkara termasuk pembicaraan yang bisa disembunyikan manusia, apalagi sampai luput dari pengawasan Allah Swt, hal ini ditegaskan Allah Swt di dalam Al-Qur'an: Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi?. Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau yang lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui  segala sesuatu (QS 58:7).

Manusi bisa lari dari manusia, tapi tak akan pernah bisa sedikitpun lari dan bersembunyi dari pengawasan Allah swt. Wallahu A’lam

Senin, 07 Februari 2011

HIKMAH BERZAKAT

(Oleh: H. Zenal Satiawan, Lc)
Alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo-Mesir
Dosen Bahasa Arab & Studi Islam di Ma’had Sa’id bin Zaid, Batam

Ayat-ayat Alqur'an yang mengingatkan orang mukmin agar mengeluarkan sebagian harta kekayaannya untuk orang-orang miskin diwahyukan kepada Rasulullah SAW ketika beliau masih tinggal di Makkah. sebagaimana wahyu Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 39: ''Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)''.

Kewajiban zakat dan dorongan untuk terus menerus berinfaq dan bershadaqah yang demikian mutlak dan tegas itu, disebabkan karena di dalam ibadah ini terkandung berbagai hikmah dan manfaat yang demikian besar dan mulia, baik, bagi muzakki (orang yang harus berzakat), mustahik maupun masyarakat keseluruhan, antara lain tersimpul sebagai berikut :

Pertama, Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan harta yang dimiliki.

Kedua, Menolong, membantu dan membina kaum dhu’afa (orang yang lemah secara ekonomi) maupun mustahik lainnya kearah kehidupannnya yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus memeberantas sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul ketika mereka (orang-orang fakir miskin) melihat orang kaya yang berkecukupan hidupnya tidak memperdulikan mereka.

Ketiga, Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang dibutuhkan oleh ummat Islam, seperti saran ibadah, pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi, sekaligus sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) muslim.

Keempat, Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harta, sehingga diharapkan akan lahir masyarakat marhammah diatas prinsip ukhuwah Islamiyyah dan takaful ijtima'i.

HARTA YANG DIKELUARKAN ZAKATNYA

Salah satu hal penting dalam fiqh zakat, adalah menentukan sumber-sumber kekayaan (Al Amwal az zakawiyyah) yang wajib dikeluarkan zakatnya. Al Qur'an dan hadits secara eksflisit menyebutkan 7 (tujuh) jenis kekayaan yang wajib dizakati, yaitu emas, perak, hasil tanaman dan buah-buahan, barang dagangan, ternak, hasil tambang dan barang temuan (Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah, 1986). Sementara itu menurut Ibnul Qoyim al Jauzi (Zaadul Ma'ad, 1925) bahwa zakat harta itu terbagi dalam empat kelompok besar ; pertama, kelompok tanaman dan buah-buahan, kedua, kelompok hewan ternak, ketiga, kelompok emas dan perak, dan keempat, kelompok harta perdagangan. Sedangkan rikaz (harta temuan) sifatnya hanya insidentil atau sewaktu-waktu. Disamping hal-hal tersebut sifatnya rinci, Al Qur'an menjelaskan pula yang wajib dikeluarkan zakat atau infaqnya, dengan kata-kata amwaal (segala macam harta benda , QS. At-Taubah:103) dan Kasabu (segala macam usaha yang halal, QS. Al-Baqarah: 267).

Dengan demikian, maka segala macam harta, usaha, penghasilan dan pendapatan dari profesi apapun yang halal apabila telah memenuhi persyaratan berzakat, maka harus dikeluarkan zakatnya.

Salah satu persyaratan penting dalam berzakat adalah nishab (harta yang telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan syara', sedang harta yang tidak sampai pada nishabnya terbebas dari zakat). Nishab zakat penghasilan dan pendapatan pada umumnya dianalogikan pada nishab harta perdagangan yaitu sebesar 85 gram emas per tahun, dengan zakatnya 2,5 %. Bagi yang berpenghasilan tetap, zakatnya bisa dikeluarkan setiap bulan atau bisa pula setiap tahun, tergantung pada cara termudah untuk melakukannya. Adapun jika penghasilan tidak menentu waktunya, misalnya jasa konsultan proyek ataupun penghasilan lainnya, maka pengeluaran zakatnya pada saat menerimanya. Wallahu A’lam


Minggu, 06 Februari 2011

ALLAH BERSAMA KITA

H. Bakhtiar Muhammad Rum Lc. 
Direktur - Syariah Consulting Center - Kepri


Ada banyak hal yang harus kita pahami tentang Allah Swt, mengenal (ma'rifah) Allah akan membuat kita menyesuaikan diri dengan kehendak Nya. Bila kita tidak mengenal Allah Swt, mana mungkin kita bisa mencintai-Nya. "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta", begitulah pepatah yang sering kita dengar. Salah satu sifat yang harus kita kenal tentang Allah adalah Dia selalu bersama kita, Dia begitu dekat dengan manusia, hanya persoalannya, apakah kita merasa dekat dengan-Nya atau tidak. Di dalam Al-Qur'an, Allah Swt menjelaskan masalah ini sehingga kita perlu memahaminya dengan baik.

BERSAMA ORANG YANG BERTAQWA DAN BERBUAT BAIK

Taqwa merupakan perintah Allah Swt yang tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tapi juga kepada umat manusia secara keseluruhan, karenanya tidak sedikit ayat yang berisi perintah bertaqwa yang dimulai dengan kalimat yaa ayyuhan naas (hai manusia), misalnya pada firman Allah yang artinya: Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu; dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (QS 4:1).

            Manakala manusia bertaqwa kepada Allah Swt dan tetap berbuat baik, maka Allah Swt akan selalu beserta mereka sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (QS 16:128)

            Bila kita teliti rangkaian ayat sebelumnya dengan ayat ini, maka dapat kita simpulkan bahwa da'wah merupakan tugas yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, namun ada saja orang yang membantahnya sehingga bila harus membantahpun harus dilakukan dengan bantahan yang baik. Namun sikap keterlaluan mereka yang menentang da'wah membuat mereka melakukan tindakan yang membuat para da'i harus membalas, tapi Allah Swt mengingatkan bahwa bila harus membalas, balasan itupun tidak boleh melebihi kejahatan yang mereka lakukan meskipun bersikap sabar jauh lebih baik, karena tidak mungkin Allah Swt membiarkan para da'i dalam keadaan teraniaya. Cepat atau lambat, Allah Swt pasti akan memberikan pertolongan karena Dia selalu bersama orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan.

Orang yang berbuat baik juga adalah orang yang berjihad di jalan Allah guna mendapatkan keridhaan-Nya, mereka terus berjuang di jalan Allah meskipun menghadapi banyak tantangan, Allah Swt senang kepada mereka sehingga merekapun akan memperoleh petunjuk dan pertolongan Allah Swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS 29:69).

BERSAMA ORANG YANG SABAR

Salah satu sifat yang harus dimiliki orang yang bertaqwa adalah sabar. yakni menahan diri dari bersikap dan melakukan sesuatu yang tidak dibenarkan Allah Swt karena mengharap ridha-Nya. Dalam hidup ini, sabar merupakan sesuatu yang sangat penting, karenanya Allah Swt akan menunjukkan kebersamaan-Nya kepada orang yang sabar, hal ini terdapat dalam Al-Qur'an: Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS 2:153).

Sayyid Quthb ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan tentang maksud Allah beserta orang yang sabar, yakni "Allah menguatkan, memantapkan, meneguhkan, mengawasi dan menghibur mereka. Juga Allah tidak menyeru mereka agar putus harapan di tengah jalan atau meninggalkan mereka dengan kemampuannya yang terbatas dan kekuatannya yang lemah. Akan tetapi, Allah akan meneguhkan mereka ketika hilang kekuatannya dan Allah akan memperbaharui keteguhan niatnya ketika jalan perjuangan yang dilalui masih sangat panjang". Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan yang penuh kesulitan atau godaan kesenangan, diperlukan kedekatan kepada Allah Swt dan kebersamaan-Nya. M. Quraish Shihab menyatakan: "Tanpa kebersamaan itu, kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan tidak mustahil kesulitan diperbesar oleh syaitan dan nafsu amarah manusia sendiri". Wallahu A’lam


Mengenal Amil Zakat Baitussyakur

Amil Zakat Baitussyakur adalah Lembaga Amil Zakat – LAZ –yang memberikan Pelayanan Ummat, berkhidmat untuk menolong saudara-saudara kita kaum Dhuafa, membantu mereka menjadi lebih baik secara ekonomi, kesehatan dan spiritual melalui optimalisasi pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah.

Lembaga ini didirikan atas prakarsa Dewan Pendiri Yayasan Masjid Baitussyakur Jodoh, beralamat di Masjid Baitussyakur Sei Jodoh Batam.

Berkonsentrasi mengelola dana Zakat, Infaq ataupun Shadaqah yang dipercayakan kepada kami, serta dana-dana Sosial lainnya, seperti : CSR, Bantuan Pemberdayaan Masyarakat dan lain sebagainya.